Home » » Ust Abu Rusydan Mengupas tentang Musuh-Musuh Mujahid

Ust Abu Rusydan Mengupas tentang Musuh-Musuh Mujahid

Oleh ; Ustadz Abu Rusydan
Suatu hari, kami (ikhwan-ikhwan asal Indonesia di Afghanistan) berkumpul bersama (Alm) DR. Abdullah Azzam. Kepada kami beliau bertanya, “Kalian datang kemari mau apa?” Sebuah pertanyaan kelihatannya sepele namun agak membingungkan. Sepele, karena mudah dijawab: “Kami datang kemari hendak berjihad.” Membingungkan, karena sudah jauh-jauh datang dari Indonesia dengan one way ticket ke bumi jihad Afghanistan, tetapi ditanya seperti itu. Kalau kami hendak melancong, tentu tiket kami pulang-pergi.
Saat itu memang kami sudah berbaiat dengan murabbi yang mengutus kami ke Afghan untuk tidak merencanakan pulang kembali ke Indonesia.Tiket pulang memang kami miliki, sebagai syarat lolos imigrasi di Pakistan. Namun begitu lolos, tiket tersebut akan dibawa pulang oleh ikhwan lain yang kembali ke Indonesia, untuk direfund. Demikian, betapapun kami sudah berazam untuk tidak berpikir pulang ke Indonesia, tapi hari itu kami masih ditanyai maksud kedatangan. Seorang dari kami menjawab, “Ya Syaikh, kami datang kemari untuk berjihad.”
Beliau bertanya kembali, “Kalian tahu, apa itu jihad?” “Belum,” jawab kami setengah serempak. Beliau melanjutkan, “Banyak hal yang ingin saya sampaikan kepada kalian. Namun kali ini satu hal dulu.” Kami merasa inilah pelajaran pertama kali yang akan kami terima dari seorang tokoh besar seperti (Alm) DR. Abdullah Azzam. Namanya tak bisa dipisahkan dari jihad Afghanistan bahkan jihad di seluruh dunia Islam (jihad alamy). Melalui perantaraan beliaulah, Allah SWT menjadikan jihad yang semula hanya dimiliki oleh beberapa suku di pedalaman negeri yang tandus, kini berubah menjadi qodhiyah(permasalahan) bersama umat Islam seluruh dunia.
“Kalian datang kemari mau berjihad. Kalian siap menjadi mujahid, berarti siap menghadapi musuh-musuh mujahid,” tutur beliau mengawali “kuliah” perdananya. “Namun, tahukah kalian apa musuh-musuh mujahid itu?” Kami terdiam sesaat, sambil mencoba menerka jawabnya. Beliau kemudian menjelaskan secara urut apa dan siapa yang dimaksud dengan musuh-musuh mujahid itu. Mulai yang bisa kami pahami dengan mudah, hingga yang sulit kami cerna waktu itu. Berikut urutannya.
  1. Al-Kaafiru Yuqaatiluhu (orang kafir yang memeranginya).
Beliau menyebutkan poin ini di urutan pertama. Sesuatu yang sangat mudah kami (termasuk kita semua) pahami. Bukankah jihad memang ditegakkan untuk menghadapi orang-orang kafir? Pemahaman ini sudah melekat pada diri kami saat itu, meski belum pernah berperang menghadapi mereka.
2.  Al-Munafiqu Yabghuduhuwa Yukhadi’uhu (orang munafik yang membenci dan menipunya).
Akan selalu ada dalam barisan orang-orang beriman, kaum munafikin yang menyusup. Karakter khas dari kaum ini adalah suka menipu—selain tentu mereka membenci orang-orang beriman. Kaum munafikin selalu berusaha menggembosi barisan mujahidin. Memecah fokus mujahidin saat hendak maju berperang, dengan membisikkan kata-kata tipuan. Misalnya:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لَا تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ ۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا ۚ لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ
Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini”. Katakanlah: “Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui. (surat At-Taubah : 81).
Kemudian saat peran usai pun mereka tetap menjadi kerikil dalam sepatu yang mengganggu langkah mujahidin. Kalau mujahidin kalah, mereka bersorak, bahkan mengklaim ketidakikutsertaan mereka dalam jihad sebagai sebuah nikmat. Sebaliknya, kalau mujahidin menang, mereka merengek minta belas-kasihan dan jatah rampasan.

وَإِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيَّ إِذْ لَمْ أَكُنْ مَعَهُمْ شَهِيدًا
Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu ditimpa musibah ia berkata: “Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama mereka.

وَلَئِنْ أَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِنَ اللَّهِ لَيَقُولَنَّ كَأَنْ لَمْ تَكُنْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ مَوَدَّةٌ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزَ فَوْزًا عَظِيمًا
Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seolah-oleh belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: “Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar (pula)”. (An-Nisa: 72-73)

الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (An-Nisa:141)
Meski demikian, keberadaan orang-orang munafik yang menjadi ganjalan bagi jihad, sudah jamak kita pahami.
3.  As-Syaithonu Yuwaswisuhuwa Yudhilluhu (setan yang selalu menggoda dan menyesatkannya).
Setan menghadang orang yang berjihad, dan membisikkan, “Apa kamu mau berjihad di jalan Allah? Bagaimana kalau kamu akan terbunuh…istrimu dinikahi orang lain, dan anak-anakmu menjadi yatim?” Setan-setan itu akan terus mengganggunya, “Pada siapa akan kau tinggalkan istrimu, siapa yang akan mengurus ibumu yang renta, siapa yang akan mengasuh anak-anakmu yang masih kecil dan bapakmu yang sudah tua? Bagaimana bisa kau tinggalkan pekerjaanmu yang mapan dan kau tinggalkan rumahmu yang mewah… danseterusnya.”
Keberadaan setan yang menghalangi jalan jihad seorang mujahid, telah dinashkan dalam hadit sNabi SAW. Dan, sebagian besar kami yang berangkat ke Afghanistan itu telah mengetahuinya. Sampai di sini, kami merasa tidak ada sesuatu yang baru dari pemaparan beliau, rahimahullah.
     4.  An-Nafsu Tuza’zi’uh uwa Tumiiluhu anil Haq (nafsu yang menggoyahkan dan menyeretnya untuk menyimpang dari kebenaran).
Jebakan nafsu memang menjadi salah satu ancaman jalan jihad. Bahayanya, selain menggoyahkan langkah kaki seorang mujahid, nafsu juga dapat membuatnya menyimpang dari jalan kebenaran. Kita menyadari semua itu, meski kadang sering lengah dan tidak mewaspadainya.
Musuh-musuh mujahid yang disebutkan oleh DR. Abdullah Azam dari 1-4 di atas, sebenarnya bukan merupakan pengetahuan baru. Dalam materi-materi tarbiyah yang kami terima sebelumnya sudah sering dibahas.Namun, masih ada musuh selain keempat hal di atas, yang kami baru mengetahuinya pada hari itu. Musuh itu adalah:
5.  Al-Mukminu Yahsuduhu (orang mukmin yang hasad kepadanya).
Baru saat itu kami mengetahui ada musuh mujahid dari kalangan orang mukmin yang hasad kepadanya. Seorang ikhwan terhenyak. “Ustadz, apa yang Ustadz sebutkan dari nomor 1 hingga 4 kami paham. Tapi, sungguh kami belum bisa memahami poin ke 5 yang baru saja Ustadz sampaikan, bagaimana seorang mukmin bisa hasad menjadi musuh mujahid?” tanyanya.
Dengan senyum DR. Abdullah Azzam menjawab, “Akhi, dulu ketika menerima keterangan ini dari murabbi, saya tidak paham. Bahkan saya katakan kepadanya, ‘Ustadz, kalimat itu tidak hanya tidak saya pahami… tetapi telah menyakitkan hati saya’.”
“Tetapi, setelah saya jalani kehidupan ini, saya merasakaan bahwa mujahid dalam jihad ini memang harus menghadapi musuh dari kalangan mukmin yang hasad kepadanya,” lanjut DR. Abdullah Azzam. “Oleh karena itu, antum hafalkan saja yang saya sampaikan hari ini. Suatu saat kalau antum tetap istiqamah dalam jalan jihad, antum akan mengalami apa yang saya alami,” pungkasnya.
Saya terus merenungi pembicaraan yang terjadi pada tahun 1985 itu, dan mendiskusikannya dengan beberapa ikhwan. Sampai kemudian kami harus ditarik pulang kembali ke Indonesia, saya masih belum menemukan makhluk yang menjadi musuh ke-5 para mujahid itu. Dan, akhirnya, seiring dengan dinamika jihad yang terjadi hari ini, baik di dalam maupun luar negeri, saya pun baru menyadari, bahwa mukmin yang hasad kepada mujahidin itu memang ada! (kiblat.net)
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

LIPUTAN DAKWAH

More on this category »

AUDIO KAJIAN ISLAM

More on this category »

KONSPIRASI MUSUH ISLAM

More on this category »

HOT NEWS

More on this category »

ARTIKEL ISLAM

More on this category »

Arsip Blog

Translate