Agama Sama Dengan Dien?

Sabtu, 14 September 2013

Para cerdik cendikia barat sendiri gagal dalam memformulasikan apakah sebenarnya agama itu. Beberapa definisi tentang agama yang mereka kemukakan ternyata lebih banyak dipengaruhi trauma mereka pada keabsolutan kekuasaan gereja pada masa abad pertengahan. Di antaranya adalah F. Schleiermacher yang mengatakan bahwa agama adalah “rasa ketergantungan yang absolut”.
Kalau Scott Peck memaknai agama dengan “takhayul dan dogma yang menghancurkan”. Senada dengan yang dipahami Freud, ia menganggap agama sebagai justifikasi ketidakjujuran dan pelanggaran terhadap intelektual. Scott dan Freud termasuk gambaran orang yang mengidap paham rasionalisme dengan menolak kebenaran wahyu.
Para pegiat revolusi Prancis yang dianggap sebagai penyingkap the dark age di Eropa menuju masa yang mereka sebut sebagai anlightment seperti Voltaire dan Rousseau bahkan membenci agama. Mereka menuduh agama sebagai biang kemunduran bangsa Eropa. Keselamatan (salvation) dapat diraih tanpa bantuan Tuhan. Ilusi inilah yang menyebabkan materi menjadi tujuan utama dunia barat.  Para sosiolog berbeda lagi dalam memandang agama, menurut mereka agama adalah fanatisme. Tampaknya kasus tabloid olahraga pada awal tulisan ini  sebagai contoh konkret bagi aliran ini.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil benang merah betapa telah terjadi kerancuan berpikir (confused thaugth) yang hebat di dunia barat terhadap agama. Beberapa definisi yang mereka kemukakan ternyata lebih merupakan problem baru daripada solusi sehingga berakibat fatal berupa pereduksian yang lancang pada hakikat dan makna agama.
DIEN BUKAN SEKEDAR AGAMA
Dalam bahasa Indonesia kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna, “tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun.” Dalam bahasa Arab dan Semit disebut dien. Dunia barat menyebutnya dengan religion (English), de religi (Dutch), la religion (France), die religion (Germany).
Islam sebagai dien yang hanif terlalu naif jika dimaknai hanya sebagai religion.  Terjemahan kata ad-dien dengan “agama” pada hakikatnya tidak cukup mewakili esensi yang terkandung. Makna itu terlalu sempit. Menurut Abu al A`la al Maududi, ada empat makna dien ; Pertama, ia adalah kekuatan hukum. Dalam Islam konsep peribadatan manusia bukan hanya sekedar level ritual individual saja, tapi ia juga harus diwujudkan pada level komunitas dengan segala aturannya. Salah satu contoh riil judicious power Islam adalah ketika Rasulullah  mengatur masyarakat Islam di Madinah. Begitu juga Rusia dengan komunis sosialisnya dan Amerika dengan demokrasi kapitalisnya adalah gambaran nyata perwujudan sebuah agama.
Kedua, Ketaatan, ibadah dan ketundukan. Karena dengan kehendak Allah  manusia menjadi sesuatu yang wujud (Q.S. al-Mukiminun: 12-14). Salah satu perwujudan rasa syukur dan merasa berhutang budi kepada-Nya adalah dengan taat beribadah disertai penyerahan diri tanpa menyertakan dengan partner apapun. Contoh lain adalah beribadahnya bangsa China kepada Kong Fu Tze semenjak dinasti Han hingga sekarang adalah perwujudan sebuah agama.
Ketiga, ia adalah undang-undang, hukum, kebiasaan, tradisi, pandangan hidup (world view) manusia. Islam adalah dien karena di dalamnya terdapat formal hukum, dogma, ritual dan akhlak. Partai Ba`ats adalah agama, karena ia mempunyai hukum, tradisi dan pandangan hidup sendiri yang sangat berbeda dengan Islam, salah satunya adalah konsep nasionalisme Arab tanpa mengindahkan perbedaan aqidah dan dalam aturan mereka perbuatan zina diperbolehkan
Keempat, ia adalah perhitungan dan pembalasan. Dalam al-Qur`an dien dengan makna ini ada dalam surat al-Fatihah: 4 dan al-Infithar: 17-19. Respons manusia terhadap dien ini ada dua, Tashdiq dan Takdhib. Jika manusia memilih tashdiq (membenarkan) dan beriman, maka pahala adalah balasannya. Sebaliknya, jika ia memilih takdhib (mendustakan) kebenaran dien ini, maka sesungguhnya siksa Allah  adalah hukumannya.
DISTORSI AGAMA
Jika dilihat dari sisi historis, Islam adalah dien yang paling benar, karena ia adalah dien yang dibawa oleh para rasul dan nabi. Mereka diutus Allah , dengan mengemban misi mengajak manusia kepada Tauhid dan Islam (Q.S. Al Baqarah: 131-132). Dari sisi empirisnya, karena ia adalah dien yang tidak mengalami perubahan dan tetap sempurna semenjak ia diturunkan demi kepentingan manusia (Q.S. al-Maidah: 3)
Setiap manusia pada awal penciptaannya telah memiliki natural tendency yang murni, yaitu pengakuan syahadat (confession of faith) akan penghambaan dirinya kepada Allah. Namun setan sebagai musuh utama manusia selalu menghalanginya dari jalan lurus, menggodanya agar berpaling dari perintah Allah . Awal keberhasilannya adalah ketika sukses menyeret manusia ke dalam gelapnya kemusyrikan pada masa nabi Nuh `Alaihissalam.
Allah mengutus para rasul guna mengingatkan manusia akan janjinya. Di antara manusia ada yang kembali kepada agama fitrahnya (Islam) dan tidak sedikit yang bertahan pada kesesatan. Di antara mereka yang disesatkan setan dengan menganut agama paganisme sebagaimana kebanyakan umat-umat para nabi terdahulu. Ada juga yang beragama politeisme sebagaimana yang ada di Yunani kuno. Atau sebagaimana yang dianut masyarakat Jawa dulu, yaitu agama dinamisme  dan animisme.
Bentuk penyimpangan agama ada juga yang bermula dari dikotorinya dogma-dogma dien yang lurus dengan unsur-unsur kemusyrikan, sebagaimana yang terjadi dalam agama Yahudi dan Kristen. Sebenarnya semua agama wahyu itu satu, yaitu mentauhidkan Allah, menegaskan kebenaran yang disampaikan nabi-nabi terdahulu dan kebenaran final yang dibawa nabi terakhir. Dari sisi dapat diketahui bahwa Allah  tidak memerintahkan kepada nabi Musa dan Isa membuat agama baru, Yahudi dan Kristen.
Agama nabi Musa `Alaihissalam yang murni Tauhid dan Islam diselewengkan dan dicampuradukkan dengan hal-hal mistis.  Mereka lebih mengutamakan Talmud dan Mishnah karangan para rabbi mereka daripada yang terkandung dalam Taurat.  Bahkan sampai sekarang masih tampak di antara orang-orang Yudaism yang mengamalkan ajaran-ajaran mistis dalam tradisi yang disebut Kabbala.
Distorsi dalam agama kristen tidak kalah parahnya. Seorang rasul yang mengajak kepada tauhid Isa `Alaihissalam diasumsikan bahwa dirinya adalah satu kesatuan dari tiga oknum yang divine. Konsili Nicaea  (Council of Nicaea) pada tahun 325 M. yang diprakarsai Constantine (isn’t) the Great semakin mengukuhkan keyakinan ini. Orang-orang Arianism (para pengikut Patrik Arius yang menolak full divinity of Jesus Christ) diuber-uber dan disiksa, dilaknat dan dibunuh. Hal demikian disebabkan karena keputusan konsili yang dihadiri 318 bishop ini adalah mengukuhkan aqidah trinitas yang diusulkan oleh Bishop Alexandria St. Athanasius sebagai agama resmi dalam wilayah kekaisaran Romawi dan melarang ajaran Patrik Arius.
Penyimpangan agama tidak berhenti di situ saja, ia terus menjalar hingga zaman sekarang. Munculnya isme-isme  sebagai agama baru adalah wujud riil dari statemen ini. Rusia dengan komunis sosialisnya dan Amerika dengan demokrasi kapitalisnya adalah gambaran nyata perwujudan sebuah agama baru. Begitu juga dengan Darwinisme dengan teori evolusinya, Marxisme dengan paham agama candunya dan freudisme dengan orientasi seksnya. Dengan perbedaan esensi inilah yang menjadikan para pemikir barat mengalami kerancuan berpikir dalam memahami agama. Dan akibat yang paling fatal dari kegagalan ini adalah terjadinya pereduksian pada makna dan hakikat agama itu sendiri.
PENUTUP
Allah telah menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan manusia dari dien yang dibawa oleh para nabi dan rasul (Q.S. al-A`raf: 172-173). Kelalaian akan mithaq dan taklid adalah faktor determinan yang menyesatkan manusia dari Sabilurrusydi (jalan lurus) menuju kegelapan Sabilul ghaiy (jalan menyimpang). Kebenaran sendiri sudah final, yaitu apa yang telah nabi Muhammad  sampaikan, dan mengikutinya adalah solusi tepat untuk menyelamatkan diri dari jebakan jalan sesat lainnya. “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. AL-An`am:153).Wallahu a`lam.
REFRENSI
1.    Ibn al-Qayyim al-Jauziya, Ighashat al-Lahfan min Mashayid as-Shaithan (Beirut tt) Dar al-Ma`rifah.
2.    `Abdurrahman an Nahlawy, Ushul at-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha (Dimashq 1417 H./1996 M.)
3.    Majalah Islamia th ke-1 no. 3
4.    Ensiklopedi Islam (Jakarta 2002 M.)
5.    Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMI Gerakan Keagamaan dan Pemikiran Pustaka al-I`tisham (Jakarta 2003 M.)
6.    Microsoft® Encarta® Reference Library 2003. © 1993-2002 Microsoft Corporation.

Ustadz Abu Rusydan Syawal 1434 H


Kajian Islam Ustadz Abu Rusydan Syawal 1434 H



Ustad Abu Rusydan Membedah Syubuhat Kaum Rofidhoh

Pernyataan Ustadz Abu Rusydan tentang fitna syubat yang dihembuskan  Kaum Syiah

Ulama dari 50 Negara SERUKAN WAJIBNYA JIHAD KE SURAIH - Syaikh Arifi

Thoifah al-manshuroh (Kelompok yg selalu di tolong Alloh yg berjuang menegakkan Khilafah di Suriah) DiBenci, Dikepung berbagai bangsa ( AS-Rusia-Liga Arab, Nato, PBB,UE,G8,G20, Asean) Dan Diperangi Tapi Tidak Bisa Dikalahkan."Allahuakbar"

حَدِيثُ يَزِيدَ بْنِ الأَخْنَسِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الآنَ جَاءَ الْقِتَالُ ، لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى النَّاسِ ، يَزْيِغُ اللَّهُ قُلُوبَ أَقْوَامٍ ، فَيُقَاتِلُونَهُمْ ، وَيَرْزُقُهُمُ اللَّهُ مِنْهُمْ ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ ، أَلاَ إِنَّ عُقْرَ دَارِ الْمُؤْمِنِينَ الشَّامُ ، وَالْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. (مسند أحمد - (ج 4 / ص 104)

مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - (ج 4 / ص 350)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عقر دار الإسلام بالشام.رواه الطبراني

ورجاله ثقات

"Dari Yajid Bin Akhnas Dari Nabi Muhammad SAW : "Jika Telah Datang Waktunya untuk Berperang, Akan Senantiasa ada Sekelompok Ummatku yang akan dimenangkan atas seluruh Manusia, Mereka di benci oleh berbagai banyak bangsa bangsa, Mereka Di kepung & Diperangi dan Alloh Memberi Rizqi dari yang memerangi mereka (senjata militer dsb) sampai datang ketetapan dari Alloh dan mereka tetap istiqomah ( tidak tergoyahkan), Ingatlah Sesungguhnya Pusat Kekuasaan Kaum Mukminin di Syam dan kuda yg di tambatkan ( Infaq )untuk perang tsb suatu kebaikan yg pahalanya mengalir hingga hari kiamat" ( Musnad Imam Ahmad juz 4 hal 104 )

مجمع الزوائد ومنبع الفوائد - (ج 4 / ص 350)

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عقر دار الإسلام بالشام.رواه الطبراني ورجاله ثقات

Rosululloh Saw bersabda " Pusat Kekuasaan Wilayah Islam Di Syam ( HR Thobrani Rijalnya Tsiqoh )

فَقَالَ « عَلَيْكَ بِالشَّامِ فَإِنَّهَا خِيَرَةُ اللَّهِ مِنْ أَرْضِهِ , يَجْتَبِى إِلَيْهَا خِيَرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ , فَأَمَّا إِنْ أَبَيْتُمْ فَعَلَيْكُمْ بِيَمَنِكُمْ وَاسْقُوا مِنْ غُدُرِكُمْ , فَإِنَّ اللَّهَ تَوَكَّلَ لِى بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ ».

"Pergilah ke Syam, karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk ke sana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya." (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

سنن الترمذي - (ج 5 / ص 734)

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم طوبى للشأم فقلنا لأي ذلك يا رسول الله ؟ قال لأن ملائكة الرحمن باسطةٌ أجنِحَتَها عليها

"Beruntunglah Syam!" Sahabat bertanya: "Mengapa demikian, wahai Rasulullah?" Lalu beliau menjawab: "Karena sungguh malaikat Allah membentangkan sayap-sayapnya kepada negeri itu."

Sertakan Doa & bantuan ( harta - Jiwa - insyaAlloh pahalanya mengalir hingga yaumil Qiyamah )untuk saudaramu yg dikepung bahaya di suriah, iraq, myanmar, afganistan, pakistan, palestine dsb semoga Alloh selalu memberikan pertolonganNya kepada kaum muslimin & Mujahidin, semoaga Khilafah Islam segera berdiri sehingga penjajahan Dunia atas AS RUSIA & Sekutunya Yahudi & Nasrani Dapat di hentikan. sehingga Khilafah islam segera menyebarkan rahmat & keadilan ke seluruh dunia"amin"

Bukti 2 Video Thoifah Mansyuroh Dikepung Banyak Bangsahttps://www.youtube.com/attribution?v...
From Dipublikasikan pada 25 Jul 2013

Cuplikan Khutbah Syaikh Muhammad al 'Arifi (terjemahan telah direvisi oleh Arrooji Afwa Robbihi) Kalimat pengobar semangat jihad revised
مقطع خطبة الشيخ محمد العريفي


http://www.youtube.com/watch?v=26nlO3aMECY

Menyongsong Amerika di Suriah (Bag.1)

Perang Suriah memasuki babak baru. Setelah tragedi serangan senjata kimia—yang masih saling lempar siapa pelakunya—Amerika bersikeras akan menggelar operasi militer di negeri yang sudah dua tahun lebih bersimbah darah dan airmata itu. Terakhir, Obama tinggal menunggu restu kongres untuk menggelar “operasi militer terbatas” di Suriah. Belum jelas apa yang dimaksud dengan “terbatas.” Yang pasti Menlu AS, John Kerry sudah mengatakan bahwa operasi di Afghanistan ini tidak seperti yang Amerika lakukan di Iraq dan Afghanistan.
Layaknya operasi sebelumnya, kini Amerika pun rame-ramemengajak negara lain untuk turut terjun ke Suriah. Prancis bertekad menyambut. Sementara Kerry menyebut ada negara Arab yang siap membiayai operasi ini—tanpa menyebut negara yang dimaksud. Sedangkan Inggris sudah bulat menolak.
Penolakan juga terjadi dalam bentuk demonstrasi di beberapa negara, dan statemen-statemen para tokoh. Salah satu di antaranya, Ketua Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam, Said Agil Siraj. “LPOI menolak campur tangan asing dalam permasalahan di Suriah, apalagi rencana Amerika yang akan melancarkan aksi militer ke Suriah,” Kata Ketua Umum LPOI Said Aqil Siroj dalam Konfrensi Pers di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2013).
Namun, Said dan dunia pada umumnya kehilangan obyektifitas saat mendefinisikan “asing” yang ditolak mencampuri urusan Suriah. Yakni, hanya menggunakan kata tersebut untuk mewakili sebuah negara bernama Amerika Serikat. Amerika, sebagai representasi kekuatan asing, ditolak masuk dan campur-tangan dalam konflik Suriah. Sayang, dunia bungkam ketika Iran terang-terangan mensupport Bashar Assad dengan alat dan SDM perang. Belum lagi Rusia yang memang sudah lama menjadi penasehat militer rezim Suriah.
Campurtangan Iran dalam konflik di Suriah bukanlah rahasia. Pada Januari 2013, media pemerintah Suriah memberitakan bantuan 1 juta USD dari Iran. [1] Hanya berselang lima bulan setelah itu, sumber resmi pemerintah Suriah mengumumkan bahwa Iran menambah bantuan untuk Damaskus senilai 3,6 juta USD. Jumlah tersebut masuk dalam paket bantuan ekonomi, sebagai pembiayaan atas pemesanan minyak dan produk lain yang terkait.
Iran juga menawarkan bantuan militer konvensional dan non-konvensional juga kerjasama dan pelatihan intelijen untuk memadamkan “kerusuhan massa.” Sebagaimana rilis pemerintah Iran sendiri, Teheran telah membantu Suriah dalam mengkader 50.000 paramiliter dari rakyat Suriah yang dikenal dengan Jaisy as-Sya’bi (The People’s Army). Keberadaan unit paramiliter ini untuk menopang kekuasaan rezim Bashar Asad.[2]
Pada 13 Juli 2013 lalu, Menteri Luar Negeri Iraq, Hoshyar Zebari mengabarkan bahwa pemerintahnya tidak mampu menghentikan pengiriman senjata dari Teheran menuju Damaskus yang diangkut pesawat melintasi wilayah udara Iraq. Pernyataan itu Zebari sampaikan dalam sebuah wawancara dengan koran As-Syarq Al-Ausath. Kabar ini langsung ditampik media pro-Iran, seperti IRIB. Menukil pernyataan Jubir Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Araqchi yang menolak pesawat-pesawat Iran itu dituding mengangkut perlengkapan militer. “Pesawat tersebut mengangkut bantuan makanan dan obat-obatan,” kilah Araqchi.
Mungkin itu sebatas retorika antarpejabat di media. Namun kepingan fakta menarik Penulis temukan saat bergabung dalam relawan kemanusiaan di Suriah. Penulis sempat bertemu dengan tentara Bashar Assad yang kini bergabung dengan kelompok pemberontak. Kepada Penulis, tentara tersebut menceritakan, dalam jajaran pasukan Assad ada orang-orang dari Iran dan Rusia. “Ya, ada. Mereka biasanya bertugas menerbangkan pesawat tempur, atau menembakkan roket.”
Gambaran betapa Iran sangat berkepentingan dalam krisis Suriah dapat dikaji dari statemen pemimpin Ayatollah Ali Khamenei yang menyatakan bahwa Suriah adalah provinsi Iran yang ke-35. “Jika kita kehilangan Suriah, kita kita tidak lagi dapat mengendalikan Teheran.”[3] Itulah yang kemudian membuat Iran begitu gigih mempertahankan Suriah dari “rongrongan” pemberontak Sunni.
Saking gigihnya, Riyad Hijab, mantan Perdana Menteri Suriah yang membelot mengatakan, “Suriah telah disetir oleh rezim Iran. Sesungguhnya yang mengendalikan negeri bukanlah Bashar Assad, melainkan Qasem Soleimani.” [4] Qasem sendiri adalah komandan Brigade Al-Quds. Support penuh Iran terhadap Suriahlah yang membuat Bashar Asad hingga saat ini masih bertahan. Sebab, “Tanpa pertolongan militer Iran dan bantuan finansialnya, rezim Assad mungkin sudah tumbang sekian waktu lalu.” [5]
Maka, sangat disayangkan keterlambatan dunia yang baru menolak intervensi asing di Suriah saat Obama berencana “memberi pelajaran” kepada rezim Assad. Sebab, intervensi negara asing sudah terjadi. Entah mengapa tiba-tiba definisi asing bagi Suriah hanya berlaku bagi Amerika, sementara Iran tetap aman-aman saja meski sudah begitu dalam berintervensi di Suriah. Jangan-jangan, subyektifitas kita membuat pepatah berikut berlaku: Kuman Amerika di seberang lautan tampak jelas, tapi gajah Iran di pelupuk mata tampak kabur.
Kita sedang berbicara tentang campurtangan asing dalam konteks negara. Di luar itu, pembahasan bisa bertambah luas. Selain milisi “Wahabi-Takfiri” (demikian media pro-Syiah di Indonesia menyebut pejuang Sunni) yang berdatangan dari Saudi, Libya, Cechnya dan Iraq, aliansi paramiliter Syiah juga terjun langsung. Hizbullah Lebanon, Jaisy Mahdi Iraq dan Syiah Houtsi adalah aliansi paramiliter Syiah yang turut mendukung rezim Bashar Assad menggempur Qusair beberapa waktu lalu.
____
[1] “Syiria and Iran Ink Credit Deals,” al-Bawaba, Januari, 17, 2013.
[1] “Head Ammar Strategic Base: Syria is Iran’s 35thProvince; If We Lose Syria We Cannot Keep Tehran,” Iran Pulse, Februari 14, 2013; “Treasury Sanctions Al-Nusrah Front Leadership in Syria and Militias Supporting the Assad Regime,” US. Treasury Department, December, 11, 2012.
[1] Will Fulton, Josep Holliday dan Syam Wyer, “Iranian Strategy ini Syria,” Institute for the Study of War and the American Enterprise Institute, May 2013.
[1] Ibid
[1] Karim Sadjadpour, “Irans’s Unwavering Support to Assad’s Syria,” CTC Sentinel, Agustus 2013.
***KIBLAT.NET
Abu Yahya | kontributor kiblat.net | pernah bergabung dalam misi kemanusiaan HASI di Suriah

Menyongsong Amerika di Suriah (Bag.2)

Bukan sembarang konflik. Barangkali kalimat pendek itu cukup mewakili gambaran tragedi kemanusiaan yang terjadi di Suriah, sejak dua tahun silam. Konflik ini terjadi hampir bersamaan dengan gejolak politik di Tunisia dan Mesir. Banyak orang menyebutnya sebagai rangkaian Arab Spring. Bedanya, di Tunisia dan Mesir relatif tuntas. Penguasa lengser, tekanan dunia luar, dan habislah perkara.

Tetapi di Suriah, perang masih berlanjut. Meski ratusan ribu jiwa melayang dengan berbagai macam cara yang sungguh tak layak. Dibom, disiksa, disembelih, dikubur hidup-hidup. Sebagian lainnya disiksa, hingga ketika sekarat, dimasukkan dalam kontainer dan… ditenggelamkan di lautan. Semua demi menghilangkan jejak kejahatan kemanusiaan. Ratusan ribu lainnya terluka, dari sekadar lecet hingga cacat tetap. Dan jutaan lainnya terlunta-lunta mengungsi dari satu tempat ke tempat lain. Dr. Aisha, wanita asli Lattakia yang saya temui saata sama-sama bertugas di Rumah Sakit Lapangan Salma menggambarkannya sebagai, “Kami belum pernah melihat tragedi kemanusiaan setragis apa yang kami alami.”

Ribuan kesaksian sudah dicatat sejarah. Baik melalui pemberitaan wartawan yang terjun langsung di medan konflik, siaran “televisi internasional” bernama Youtube, dan lainnya. Pendeknya, jeritan rakyat Suriah telah melengking keras, menembus langit-langit kemanusiaan hingga batas terakhir. Meski demikian, tak cukup untuk meredam kejahatan kemanusiaan paling tragis saat ini. Begitu banyak alasan bagi dunia—termasuk sebagian orang Islam Indonesia—untuk bersikap blo’on terhadap apa yang terjadi di Suriah.
Ada yang menganggapnya “sekadar” konflik sekte, Syiah melawan Sunni. Konflik yang dipicu oleh pemahaman yang berbeda dalam madzhab fikih semata. Kaum Sunni yang sekian lama diperintah rezim Syiah ingin merebut kekuasaan, terjadilah perang yang berkelanjutan. Bagi orang yang menganggap Syiah bagian dari Islam, tentu akan menolak konflik Suriah sebagai perang agama. Yang terjadi hanyalah konflik beda madzhab. Titik!

Terkait nafsu haus nyawa dan darah yang dimiliki Bashar Assad yang sekaligus penganut paham Syiah Nushairiyah, sebagian orang buru-buru berusaha menutupi. “Syiah itu sebagaimana aliran lainnya. Ada personal yang baik, dan ada personal yang jahat.” Lebih parah lagi, seorang tokoh Islam di Solo, Jawa Tengah yang santer diisukan sebagai Syiah malah berkomentar, “Saya tidak mau mengkafirkan Bashar Assad. Terkait kejahatannya, saya juga tidak mau mengomentari, karena saya tidak kenal dengan Bashar Assad.”

Sementara, ada pula yang mengatakan ini adalah rekayasa Zionis Israel yang berkelindan-bahu dengan Amerika. Rezim Bashar Assad selama ini enggan diajak kerjasama dengan tetangganya yang bernama Israel. Alih-alih hidup rukun, Assad lebih memilih bermesraan dengan Iran, yang banyak dikesankan sebagai satu-satunya negara yang siap “menelan Israel mentah-menetah.” Israel merancang makar didukung Amerika. Memperalat warga lokal yang kemudian “beda madzhab” tadi, lalu terjadilah apa yang sekarang ini terjadi.

Penganut teori ini semakin yakin dengan pemahamannya, ketika Obama bersikeras akan menyerang rezim Assad pasca serangan senjata kimia di Gauthah, Damaskus beberapa waktu lalu. Seperti seirama dengan kelompok Syiah, rencana kehadiran Amerika menjadi cibiran bagi kelompok pemberontak dari kalangan Sunni. Di mata mereka, sebenarnya apa yang disebut banyak media Islams sebagai mujahidin, tak lain adalah antek dan kacung-kacung Amerika. “Sebentar lagi mereka akan berjihad melawan Assad bersama Panglima Amerika,” tulis seorang Facebooker dari kalangan Syiah di Indonesia.

Begitulah, tafsir atas tragedi kemanusiaan yang memilukan di Suriah dibuat sedemikian rumit dan njlimet, sehingga membuat orang lupa atas deret ukur jumlah korban yang belum mengenal tanda-tanda berakhir. Akhirnya, rakyat Suriah pun sendirian menghadapi hari-hari kelabu. Paling-paling hanya “ditemani” sekelompok orang yang masih memiliki kepedulian, entah dari relawan kemanusiaan, maupun sukarelawan jihad. Jumlah yang bila dibandingkan dengan isi dunia bagaikan tetesan air dari jari yang baru dicelupkan dan diangkat dari sebuah samudera.

Untuk sementara, katakanlah Syiah itu bagian dari Islam. Taruhlah bahwa ini hanya konflik madzab semata. Atau, anggap saja memang benar semua ini pekerjaan setan bernama Amerika yang berkelindan dengan Zionis Israel. Namun, apakah semua itu bisa menjadi stempel untuk mendiamkan kezaliman yang selama ini terjadi? Apakah hari ini kita mulai sepakat terhadap konsensus baru bahwa: korban konflik madzab, korban konspirasi Amerika-Israel tidak perlu ditanggapi serius. Sebaliknya, kita harus serius memikirkan konfliknya ketimbang korban. Kita harus lebih asyik membicarakan konspirasinya, daripada berbuat nyata demi menolong manusia. Sekali lagi, ini manusia, bukan benda mati!

Manusia itu tetaplah manusia. Seburuk apapun, pasti masih memiliki naluri untuk peduli terhadap penderitaan sesama. Kecuali bila kepentingan dan tendensi lain lebih besar yang menutupi rasa kemanusiaan itu. Pada akhirnya, ruwetnya tafsir konflik yang sengaja dibikin njlimet mengundang tanda-tanya, tendensi apa di balik semua sikap tak acuh kepada deret panjang daftar korban? Apakah konflik Suriah, yang di satu sisi dimaknai sebagai tragedi kemanusian, sekaligus menjadi penyingkap tabir kepentingan tertentu yang selama ini tersembunyi? Saya sebenarnya mulai meraba jawabnya. Namun sebagai relawan kemanusiaan, terus terang saya sulit menalarnya.

***

Abu Yahya | kontributor kiblat.net | pernah bergabung dalam misi kemanusiaan HASI di Suriah

kiblat.net

LIPUTAN DAKWAH

More on this category »

AUDIO KAJIAN ISLAM

More on this category »

KONSPIRASI MUSUH ISLAM

More on this category »

HOT NEWS

More on this category »

ARTIKEL ISLAM

More on this category »

Translate